Biduk Kehidupan Dunia

Biduk Kehidupan Dunia (#1)

Sebuah biduk atau perahu dibuat tentunya untuk dipergunakan berlayar di lautan, dan bukan untuk sekedar bersandar diam di dermaga.

Pun manusia, tercipta sesuai takdirnya untuk mengarungi lautan kehidupan pengembaraannya, dan tentunya bukan sekedar berdiam diri menunggu hidup berakhir.

Tentunya dalam mengarungi lautan kehidupan terjangan ombak bahkan badai sering dihadapi, akan tetapi itulah seni dari kehidupan. Teruslah kembangkan layar, dan nikmatilah perjalanan hingga sampai tujuan.

Jangan takut jatuh, karam dan salah arah, jangan lengah dan terlena, karena setiap kesalahan yang pernah terjadi merupakan bagian dari proses pembentukan kepribadian.

Bersaput mendung bukan untuk membuat kegelapan, tetapi untuk memberi kabar suka cita akan sejuknya air hujan yang turun dan membasahi bumi.

Luka bukan hanya semata untuk membuat kita tersiksa, tetapi agar kita tersadar bahwa kita hanyalah “manusia biasa”.

Genggamlah keyakinan jangan pernah terlepaskan. Indahnya kehidupan, bukan terletak dari banyaknya kesenangan duniawi, tetapi banyaknya rasa syukur yang kita panjatkan pada-Nya.

Tak lupa juga bahwa indahnya kehidupan terletak pada banyaknya persaudaraan, paseduluran sejati tanpa pamrih.

Ketika aku takut memberi, aku lupa, bahwa segala yang aku miliki hanyalah pemberian dari-Nya. Ternyata hidup ini sangat indah. Dengan bersyukur, niscaya kebahagiaan sudah menjadi milik kita seutuhnya.

Tetaplah berfokus pada sisi terang, karena niscaya akan muncul harapan, optimisme, dan yang pasti semangat untuk melayani.

Janganlah risau, karena rezeki dan kehidupan tak pernah ke mana-mana. Semua sudah ada yang mengatur.

Berbuat baiklah pada semua orang sejak saat ini, kita coba pahami bahwa ada “kehidupan yang mati dan kematian yang hidup”.

Arungilah indahnya lautan luas kehidupan dengan bidukmu, dengan penuh ikhlas dan rasa syukur dengan apa yang ada.

V. Untoro Kurniawan untuk Taman Baca Inspirasianakita.com.

Facebook Comments